KONSEPSI NTB dan OXFAM di Indonesia bersama ANCP (Australian NGO Cooperation) atas dukungan DFAT (Australian Goverment Departement of Foreign Affair and Trade) melakukan kegiatan Sekolah Lapang Iklim Tematik: Workshop Pemanfaatan Data dan Informasi Hidrometeorologis untuk Aksi Antisipasi Bencana. Kegiatan ini dilakukan pada Senin-Rabu, 9-11 September 2024 di Hotel Jayakarta Lombok.
Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Meningkatkan Kesiapsiagaan Komunitas Melalui Aksi Antisipasi (Improvement Community Anticipatory Action) dalam menghadapi risiko dari bencana hidrometeorologis. Fase kedua dari program ini, sebelumnya telah diujicobakan di Kabupaten Lombok Timur, kini kembali digulirkan dengan cakupan area implementasi yang lebih luas, yakni di Kabupaten Lombok Barat.
Rizwan Rizkiandi selaku Program Manager, menjelaskan bahwa fase kedua ini merupakan upaya lanjutan dari program yang telah dilaksanakan sebelumnya. Fokus utama dari program ini adalah untuk membangun kesiapsiagaan masyarakat lokal dalam menghadapi bencana banjir yang kerap melanda wilayah tersebut. “Program ini bertujuan untuk membangun kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir, melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk komunitas lokal dan BMKG.” terang Rizwan.
Lebih lanjut, ia berharap kegiatan ini tidak hanya menjadi sebatas pelatihan, tetapi juga mampu memberikan pemahaman mendalam kepada masyarakat dan pihak terkait. “Kami berharap kegiatan ini dapat menjadi sarana bagi Bapak-Ibu untuk memperoleh pemahaman yang mendalam dan dapat diterapkan di daerah masing-masing, guna mendukung upaya penanggulangan bencana dan meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat,” tambahnya.
Dalam sambutannya, Dr. H. Moh. Taqiuddin selaku Direktur KONSEPSI NTB menyoroti pentingnya penggunaan teknologi dalam mendukung kesiapsiagaan bencana. Menurutnya, pengembangan sistem peringatan dini (early warning system) menjadi kunci penting untuk meminimalisasi dampak bencana. “Program yang kita laksanakan ini didukung oleh pemerintah Australia melalui Oxfam. Program ini berfokus pada isu-isu antisipasi dan kesiapsiagaan terhadap bencana, terutama bencana hidrometeorologi. Untuk itu, saya berpesan kepada rekan-rekan I CAN ACT agar dapat berdiskusi dengan BMKG terkait pengembangan teknologi yang relevan, misalnya sistem peringatan dini (early warning system),” jelas Dr. Moh. Taqiuddin.
Selain itu, BMKG NTB yang turut berperan aktif dalam program ini memberikan pemaparan mengenai dampak perubahan iklim yang semakin nyata di Indonesia. Nuga Putrantijo selaku Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Nusa Tenggara Barat, menekankan bahwa Indonesia saat ini mengalami peningkatan suhu rata-rata yang cukup signifikan. Fenomena ini merupakan salah satu indikator perubahan iklim yang tak bisa diabaikan. “Berdasarkan data yang kami miliki, Indonesia telah mengalami peningkatan suhu rata-rata yang signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Perubahan ini merupakan salah satu indikator perubahan iklim yang perlu kita waspadai,” jelas Nuga.
Ia menambahkan bahwa pola cuaca di Indonesia kini mengalami pergeseran, dengan intensitas hujan yang lebih lokal dan lebih ekstrem. “Dulu, hujan turun secara merata, namun sekarang hujan bersifat lokal dan lebih ekstrem. Fenomena ini menunjukkan adanya perubahan pola cuaca yang disebabkan oleh pemanasan global,” tambahnya. Perubahan ini berpotensi memperburuk kondisi sumber daya alam, seperti penurunan drastis sumber air di wilayah-wilayah yang bergantung pada pertanian dan perairan, termasuk Sembalun di Lombok Timur.
BMKG berkomitmen untuk terus meningkatkan literasi iklim dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak perubahan iklim. Kolaborasi dengan KONSEPSI dipandang sebagai langkah strategis dalam upaya bersama untuk mengurangi risiko perubahan iklim. “Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk bersama-sama berkomitmen mengurangi dampak perubahan iklim, terutama dalam menghambat laju kenaikan suhu. Saat ini suhu global telah meningkat hampir 1,5°C, dan kita hanya memiliki sedikit waktu sebelum mencapai batas kritis 2°C,” papar Nuga.
Program Aksi Antisipasi Banjir ini tidak hanya fokus pada kesiapsiagaan bencana, tetapi juga mengintegrasikan isu keberlanjutan lingkungan dan transisi energi. Oxfam Indonesia dan KONSEPSI telah lama berkolaborasi dalam menangani isu kebencanaan dan lingkungan. Sejak 2009, KONSEPSI telah aktif dalam berbagai proyek mitigasi bencana di Indonesia, termasuk di Sembalun dan daerah lainnya.
Program Aksi Antisipasi Banjir yang dilaksanakan di Lombok Timur dan Lombok Barat ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi wilayah-wilayah lain di Indonesia, terutama dalam menghadapi tantangan perubahan iklim yang semakin nyata. Dengan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, komunitas lokal, lembaga internasional, dan para ahli, program ini diharapkan mampu memberikan dampak jangka panjang yang signifikan.