Cuaca Panas Ekstrem di Indonesia, Dampak dari Perubahan Iklim?

Cuaca Panas Ekstrem di Indonesia, Dampak dari Perubahan Iklim?

KONSEPSI – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan di laman resminya mengenai isu gelombang panas yang dirasakan juga di sebagian besar wilayah Indonesia dan potensi dampaknya yang perlu diwaspadai masyarakat.

Menurut World Meteorological Organization (WMO), Gelombang Panas atau dikenal dengan ‘Heatwave’ merupakan fenomena kondisi udara panas yang berkepanjangan selama 5 hari atau lebih secara berturut-turut.

Suhu maksimum harian juga lebih tinggi dari suhu maksimum rata-rata hingga 5°C (9°F) atau lebih.

Namun menurut BMKG, fenomena gelombang panas ini biasanya terjadi di wilayah lintang menengah-tinggi seperti wilayah Eropa dan Amerika.

Secara dinamika atmosfer, hal tersebut dapat terjadi karena udara panas yang terperangkap di suatu wilayah dan disebabkan adanya anomali dinamika atmosfer.

Itu yang mengakibatkan aliran udara tidak bergerak dalam skala yang luas, seperti misalnya ada sistem tekanan tinggi dalam skala yang luas dan terjadi cukup lama.

Secara geografis, wilayah Indonesia berada di sekitar wilayah ekuatorial, sehingga memiliki karakteristik dinamika atmosfer yang berbeda dengan wilayah lintang menengah-tinggi.

Selain itu, wilayah Indonesia juga memiliki variabilitas perubahan cuaca yang cepat.
Dengan perbedaan karakteristik dinamika atmosfer tersebut, maka dapat dikatakan bahwa di wilayah Indonesia tidak terjadi fenomena yang dikenal dengan Gelombang Panas atau Heatwave.

Sedangkan yang terjadi di wilayah Indonesia adalah kondisi Suhu Panas harian yang umumnya disebabkan oleh kondisi cuaca cerah pada siang hari dan relatif lebih signifikan pada saat posisi semu matahari berada di sekitar ekuatorial.

Pada pertengahan Mei 2023 ini, posisi semu matahari sudah berada di Belahan Bumi Utara (BBU) di sekitar 19°LU, kondisi tersebut mengindikasikan bahwa di wilayah Indonesia selatan ekuator akan menjelang periode angin timuran yang identik dengan musim kemarau.

BMKG menyebut saat ini sebagian besar wilayah Indonesia akan memasuki awal musim kemarau, di mana tingkat per-awan-an akan cukup rendah pada siang hari.

Dapat disimpulkan ada 5 penyebab suhu panas yang terjadi di Indonesia saat ini:

1. Dinamika atmosfer yang tidak biasa.

2. Suhu panas bulan April di wilayah Asia Selatan secara klimatologis dipengaruhi oleh gerak semu matahari. Lonjakan panas 2023 merupakan yang terparah.

3. Tren pemanasan global dan perubahan iklim yang menimbulkan gelombang panas.

4. Gelombang panas ini berisiko terjadi 30 kali lebih sering.

5. Indonesia memasuki musim kemarau karena dominasi angin monsun Australia.
Intensitas maksimum radiasi matahari pada kondisi cuaca cerah dan kurangnya tutupan awan.

BMKG juga mengimbau masyarakat agar tetap mengantisipasi kondisi cuaca yang cukup panas atau kondisi terik pada siang hari dengan meningkatkan daya tahan tubuh dan menjaga kesehatan diri, keluarga serta lingkungan.

Momentum Hari Bumi

Berdasarkan pemaparan tersebut, boleh dibilang saat ini kita sedang menghadapi dampak nyata dari adanya perubahan iklim dunia, termasuk yang terjadi di Indonesia.

Karena itu, perlu ada kesadaran dan kerja bersama-sama untuk mengatasi persoalan ini agar dampaknya tak meluas, terutama bagi kelompok masyarakat yang tergolong miskin dan rentan.

Penting juga bagi pemangku kebijakan agar serius dalam melalukan mitigasi dan berupaya mengurangi risiko serta potensi bencana akibat adanya perubahan iklim.

Memulihkan kondisi ekologi dan kawasan hutan yang rusak merupakan suatu contoh upaya yang penting dan mendesak untuk dilaksanakan sesuai tema Hari Bumi tahun 2023, yakni Berinvestasi di Planet Kita.

Wujud nyata dari tema Hari Bumi 2023 yang diperingati pada 22 April lalu itu menyodorkan suatu pesan yang sangat jelas dan tegas tentang betapa pentingnya kita berkolaborasi dan bekerja bersama untuk mengatasi masalah perubahan iklim yang kini sedang terjadi di planet bumi.

Nah, momen Hari Bumi 2023 yang bertepatan juga waktunya dengan Idulfitri 1444 Hijriah ini, mari kita terus berupaya untuk menjaga dan merawat bumi agar kembali ke fitrah pengelolaannya demi generasi selanjutnya.[*]

Penulis: Harianto
Keterangan foto: Ilustrasi cuaca panas yang terjadi di Indonesia (ist).

Bagikan Tulisan ini:

Berikan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Lihat Berita lainnya

Berlangganan Berita Kami

Jangan lewatkan Update Kegiatan-kegiatan terbaru dari Kami

Having Computer issues?

Get Free Diagnostic and Estimate From Computer Specialist!