Dampak perubahan iklim yang terjadi saat ini menjadi isu penting dalam pertanian. Berbagai sumber informasi terkait iklim membuat para petani harus mampu mengolah informasi skenario musiman untuk memperkirakan jadwal tanam. Selama ini para petani hanya menentukannya dengan aturan-aturan yang bersumber pada kearifan lokal untuk melihat siklus curah hujan. Tetapi kondisi cuaca yang terjadi saat ini tidak dapat diprediksi, sehingga menjadi masalah tersendiri bagi para petani. Oleh karena itu perlu adanya sebuah terobosan inovasi dalam mengambil keputusan waktu panen, sehingga para petani tidak kesulitan dalam menghasilkan produk pertanian yang berkualitas.
Disisi lain, Ketersedian air juga menjadi masalah bagi para petani, khususnya petani tadah hujan di Desa Pandan Wangi, Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur, dimana yang saat ini terjadi adalah curah hujan dengan intensitas tinggi dalam waktu singkat dan musim panas berkepanjangan, dan berimbas pada embung di lahan pertanian dengan ketersediaan air yang kurang. Alternatif mata pencaharian pun terus dikembangkan oleh masyarakat dari jenis tanam dan jadwal tanam yang baik.
Desa Pandan Wangi merupakan hasil pemekaran dari Desa Jerowaru yang berdiri pada tanggal 1 November 2009 melalui Peraturan Bupati Lombok Timur Nomor 18 Tahun 2009 Nomor 212, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bupati Lombok Timur Nomor 05 Tahun 2010 Desa Pandan Wangi didefinifkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 45 Tahun 2010. Luas Wilayah Desa Pandan Wangi adalah 1.846,49 ha dengan letak geografis diantaranya; Sebelah utara; Desa Sepapan dan Desa Batu Putik, Sebelah Selatan ; Desa Pemongkong dan Teluk Ekas, Sebelah Barat ; Desa Sukaraja, Desa Sukadamai, dan Desa Wakan, Sebelah Timur ; Desa Jerowaru dan Desa Sepapan dengan mayoritas mata pencaharian di Desa Pandan Wangi adalah Petani dan dampak perubahan iklim pun sangat dirasakan masyarakat di Desa Pandan Wangi, sehingga alternatif mata pencaharian pun terus dikembangkan.
Dilatarbelakangi hal tersebut, Konsorsium untuk Studi dan Pengembangan Partisipasi (KONSEPSI) dengan dukungan dari Islamic Relief dalam program Climate Change Adaptation (CCA) telah menyelenggarakan Sekolah Lapang Iklim berbasis gender yang bertujuan untuk mengulas masalah iklim dan dampaknya terhadap hasil panen masyarakat, khususnya di wilayah Jerowaru Kabupaten Lombok Timur.
Sebagai langkah antisipatif dalam pembelajaran iklim yang merupakan tindak lanjut dari Sekolah Lapang Iklim, telah dibentuk kelompok pengukur curah hujan di Desa Pandan Wangi Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok timur. Pengukuran pun dilakukan dengan menggunakan alat ukur sederhana yang terbuat dari pipa dan dibentuk berupa corong sebagai tempat penakar hujan, Sebagai pembanding data, terdapat ombrometer juga yang di tempatkan di lahan petani yang dibagi menjadi 4 zona yaitu zona linjang, zona batu bawi, zona penyambak dan zona pandan.
Hasil pengukuran ini pun secara rutin didiskusikan oleh kelompok pengukur curah hujan dalam pertemuan evaluasi bulanan perzona, tujuannya adalah mengumpulkan data curah hujan dari masing-masing petani dan mendapatkan hasil panen tanaman padi masing-masing petani kemudian membandingkan hasil panen dengan tahun sebelumnya serta mempelajari hasil pengukuran curah hujan dengan tanaman dan lahan sehingga melalui kegiatan iniĀ masyarakat diharapkan mampu menentukan alternatif jenis tanaman dan jadwal tanam pada saat perubahan iklim terjadi.
Written by: Jati Resik Danudirja