Evaluasi Program CTP: Peningkatan Kapasitas Stakeholder dan Efektivitas Distribusi Bantuan

Evaluasi Program CTP: Peningkatan Kapasitas Stakeholder dan Efektivitas Distribusi Bantuan

Lombok Timur– KONSEPSI NTB bekerja sama dengan OXFAM di Indonesia, ANCP, serta didukung oleh DFAT melalui Program I CAN-ACT (Improvement Community Anticipatory Action) Fase II, menggelar Focus Group Discussion (FGD) guna mengevaluasi peningkatan kapasitas stakeholder dalam aksi antisipasi serta efektivitas distribusi Cash Transfer Program (CTP) di dua kabupaten di Nusa Tenggara Barat.

Diskusi ini dilaksanakan di beberapa desa, yaitu Desa Taman Ayu, Lombok Barat pada 21 Januari 2025; Desa Obel-Obel, Darakunci, dan Belanting, Lombok Timur pada 22 & 27 Januari 2025; serta Desa Dasan Geria, Lombok Barat pada 23 Januari 2025.

FGD bertujuan untuk mengukur sejauh mana peningkatan pemahaman stakeholder sebelum dan sesudah program berjalan, serta mengevaluasi distribusi CTP dengan mengidentifikasi kendala dan solusi dalam proses penyaluran.

Dalam diskusi ini, peserta yang terdiri dari perangkat desa, penerima manfaat, serta perwakilan dari KONSEPSI dan PT Pos Indonesia mengungkap berbagai pengalaman terkait distribusi bantuan tunai. Salah satu temuan utama adalah adanya peningkatan pemahaman masyarakat terhadap program ini, meskipun masih terdapat tantangan dalam penyampaian informasi mengenai indikator penerima manfaat.

“Sebagian besar warga mengetahui bahwa bantuan ini ditujukan untuk masyarakat terdampak banjir, tetapi masih banyak yang belum memahami secara rinci indikator penerima manfaat. Sosialisasi di tingkat dusun sangat diperlukan agar masyarakat bisa memahami program ini secara lebih baik,” ungkap Rani, salah satu perwakilan dari Desa Obel-Obel.

Selain itu, stakeholder juga menyoroti kendala teknis dalam penyaluran CTP. Salah satu isu utama adalah antrean panjang yang menyebabkan waktu tunggu yang cukup lama bagi penerima manfaat. Beberapa warga bahkan harus menunggu dari pagi hingga sore untuk menerima bantuan.

“Saya datang sejak jam 9 pagi, tapi baru bisa menerima bantuan sekitar jam 2 siang. Antrean panjang dan minimnya petugas membuat proses distribusi cukup melelahkan,” ujar seorang penerima manfaat dari Desa Dara Kunci.

Dalam sesi evaluasi distribusi Cash Transfer Program (CTP), beberapa kendala lain juga teridentifikasi. Salah satu permasalahan yang muncul adalah ketidakseimbangan dalam penentuan penerima manfaat. Beberapa warga mengeluhkan bahwa mereka yang tinggal lebih dekat dengan sungai dan lebih terdampak banjir justru tidak masuk dalam daftar penerima bantuan.

Selain itu, terjadi kericuhan saat proses distribusi di beberapa lokasi. Antrean panjang dan minimnya pengawasan menyebabkan dorong-dorongan serta ketidaktertiban saat pembagian dana. Meskipun secara umum distribusi berjalan dengan lancar, kondisi ini tetap menjadi catatan penting bagi stakeholder untuk perbaikan ke depan.

Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai indikator penerima manfaat juga menjadi kendala dalam pelaksanaan program. Banyak warga yang belum mengetahui kriteria penerima bantuan, sehingga menimbulkan kesalahpahaman dan keluhan dari masyarakat yang tidak menerima bantuan. Hal ini menunjukkan perlunya sosialisasi yang lebih baik agar masyarakat memahami siapa saja yang berhak mendapatkan bantuan dan alasan di balik keputusan tersebut.

Untuk mengatasi kendala ini, stakeholder mengusulkan agar sistem distribusi dibuat lebih terorganisir. Salah satu rekomendasi yang diajukan adalah pembagian jadwal distribusi berdasarkan dusun atau kelompok penerima manfaat. Dengan cara ini, diharapkan antrean panjang dapat diminimalisir dan proses distribusi berjalan lebih tertib serta efisien.

“Seharusnya jadwal distribusi dibuat per jam agar tidak terjadi penumpukan. Selain itu, petugas di lapangan juga perlu diperbanyak agar antrean tidak terlalu lama,” kata Desi, perwakilan dari Desa Belanting Timur.

Sebagai langkah perbaikan, peserta FGD merekomendasikan beberapa solusi, termasuk pembagian loket di beberapa titik untuk mempercepat distribusi, penjadwalan penerimaan bantuan secara bertahap, serta peningkatan pengawasan untuk memastikan distribusi berjalan lebih tertib dan transparan.

Melalui FGD ini, diharapkan kapasitas stakeholder dalam merespons peringatan dini dan menyalurkan bantuan semakin meningkat. Program CTP tidak hanya diharapkan dapat memberikan bantuan finansial bagi masyarakat terdampak bencana, tetapi juga menjadi bagian dari strategi aksi antisipasi yang lebih inklusif dan tepat sasaran.

“Kami berharap program ini bisa terus diperbaiki, baik dari segi transparansi maupun efektivitas distribusinya. Dengan begitu, bantuan dapat benar-benar sampai kepada mereka yang membutuhkan tanpa ada kendala teknis yang menghambat,” ujar Munir, salah satu perwakilan dari TSBD Desa Dara Kunci.

Stakeholder menekankan pentingnya perbaikan dalam sosialisasi program, peningkatan transparansi dalam penentuan penerima manfaat, serta pengelolaan distribusi yang lebih baik agar manfaat dari program ini dapat dirasakan secara maksimal oleh masyarakat yang benar-benar membutuhkan.

Dengan berbagai masukan yang diperoleh, KONSEPSI dan mitra diharapkan dapat terus memperbaiki mekanisme distribusi bantuan ke depannya, sehingga program ini semakin efektif dalam mendukung ketahanan masyarakat dalam menghadapi bencana.

Bagikan Tulisan ini:

Berikan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Lihat Berita lainnya

Berlangganan Berita Kami

Jangan lewatkan Update Kegiatan-kegiatan terbaru dari Kami

Having Computer issues?

Get Free Diagnostic and Estimate From Computer Specialist!