Desa Suntalangu, 24-27 Februari 2025 – Sebuah kajian mendalam mengenai risiko bencana di Desa Suntalangu telah berhasil dilaksanakan, melibatkan berbagai pihak dalam upaya meningkatkan ketangguhan masyarakat terhadap ancaman bencana. Kajian ini merupakan bagian dari Program Pengembangan Kelulusan Kemiskinan dan Ketangguhan Masyarakat (PK3M), yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mengurangi tingkat kemiskinan serta membangun ketangguhan dalam menghadapi bencana. Kegiatan ini didukung oleh Islamic Relief USA dan dilaksanakan oleh KONSEPSI bersama Yayasan Relief Islami Indonesia (YRII).
Kegiatan ini diawali dengan peningkatan pemahaman masyarakat mengenai kesiapsiagaan bencana melalui materi tentang konsep risiko bencana serta metode Participatory Rural Appraisal (PRA). Masyarakat mengidentifikasi ancaman utama seperti gempa bumi, kekeringan, angin puting beliung, serta wabah penyakit seperti Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Kajian ini bertujuan untuk memastikan bahwa masyarakat lebih sadar akan risiko yang ada dan dapat mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat.
Selanjutnya, dilakukan analisis risiko bencana berbasis delapan alat PRA, termasuk Peta Desa, Sejarah Bencana, Kalender Musim, dan Mata Rantai Dampak Perubahan Iklim. Analisis ini bertujuan untuk memahami pola kejadian bencana serta dampaknya terhadap kehidupan masyarakat. Salah satu temuan penting adalah kekeringan yang menjadi tantangan utama bagi petani, menyebabkan gagal panen serta meningkatnya konflik sosial terkait distribusi air. Selain itu, meningkatnya intensitas bencana menunjukkan perlunya tindakan yang lebih sistematis dan berkelanjutan.
Tahap berikutnya difokuskan pada penyusunan strategi mitigasi dan adaptasi bencana. Masyarakat merancang solusi konkret seperti pembangunan embung untuk menanggulangi kekeringan, sistem peringatan dini berbasis komunitas, serta pelatihan kesiapsiagaan bencana. Selain itu, peserta mempelajari metode analisis risiko dengan mempertimbangkan faktor ancaman, kerentanan, dan kapasitas desa guna mengembangkan rencana tanggap darurat yang lebih efektif. Peningkatan koordinasi dengan pihak terkait juga menjadi salah satu rekomendasi penting dalam sesi ini.
Dalam proses penyusunan strategi, masyarakat juga membahas pentingnya membangun kesadaran akan peran perempuan dan kelompok rentan dalam menghadapi bencana. Peran aktif perempuan dalam mitigasi bencana dapat meningkatkan efektivitas upaya kesiapsiagaan serta memperkuat ketahanan sosial di tingkat komunitas.
Sebagai langkah akhir, peserta menyusun dokumen Kajian Risiko Bencana yang akan menjadi acuan dalam perencanaan pembangunan desa. Dokumen ini mencakup rekomendasi seperti rehabilitasi hutan, diversifikasi mata pencaharian, serta peningkatan peran perempuan dalam mitigasi bencana. Selain itu, disusun rencana aksi jangka pendek dan jangka panjang yang dapat menjadi pedoman bagi pemerintah desa dan masyarakat dalam mengelola risiko bencana secara berkelanjutan.
Pak Muiz menegaskan bahwa hasil kajian ini akan diajukan ke pemerintah daerah untuk dijadikan dasar dalam kebijakan penanggulangan bencana di Kabupaten Lombok Timur. “Masyarakat adalah aktor utama dalam ketahanan bencana. Dengan kerja sama yang baik, kita bisa menjadikan Desa Suntalangu lebih siap menghadapi bencana di masa depan,” ujarnya.
Dengan berakhirnya kajian ini, diharapkan masyarakat Desa Suntalangu semakin siap menghadapi ancaman bencana serta memiliki strategi mitigasi yang kuat untuk melindungi kehidupan dan sumber mata pencaharian mereka. Kajian ini bukan hanya sekadar diskusi, tetapi merupakan langkah nyata dalam membangun desa yang lebih tangguh dan mandiri.