KONSEPSI NTB dan OXFAM di Indonesia bersama ANCP (Australian NGO Cooperation) atas dukungan DFAT (Australian Goverment Departement of Foreign Affair and Trade) melakukan kegiatan Kajian Partisipatif Kerentanan dan Kapasitas Masyarakat Desa untuk Antisipasi Bencana Iklim di Desa Taman Ayu dan Dasan Geria, Lombok Barat. Kegiatan ini dilakukan pada 4 – 7 September 2024 yang berlangsung di dua desa. Kegiatan ini dimaksudkan untuk membahas kerentanan dan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana hidrometeorologis. Kegiatan ini diikuti oleh perwakilan dari berbagai stakeholder di level desa seperti pemerintah desa, kepolisian, TNI, kelompok petani, nelayan, peternak, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), serta kelompok rentan seperti perempuan, lansia dan disabilitas.
Dalam sambutannya, Rizwan Rizkiandi selaku Program Manager menyampaikan pentingnya partisipasi aktif peserta dalam kegiatan ini. “Kegiatan ini bertujuan untuk menggali informasi terkait kondisi Desa Taman Ayu dan Dasan Geria selama 20 tahun terakhir, khususnya terkait kerentanan terhadap bencana dan kapasitas adaptasi masyarakat,” jelas Rizwan. Ia menegaskan bahwa hasil kajian ini akan diolah dan dilaporkan kepada pemerintah desa, serta diharapkan dapat diakses oleh masyarakat luas.
M. Tajudin selaku Kepala Desa Taman Ayu, dalam sambutannya menyatakan bahwa diskusi ini akan menjadi landasan bagi kebijakan desa dalam menghadapi bencana. “Segala potensi bencana, mulai dari banjir rob, longsor, hingga abrasi pantai, harus dibahas secara serius agar penanganannya tepat dan terencana. Hasil dari kegiatan ini akan dijadikan dokumen penting yang bisa disampaikan ke pemerintah kabupaten dan provinsi,” ujarnya.
Eva Sujiati selaku Fasilitator kegiatan ini memaparkan materi mengenai bencana, perubahan iklim, dan risiko yang dihadapi Desa Taman Ayu dan Dasan Geria. Ia menjelaskan perbedaan antara cuaca dan iklim, serta bencana yang disebabkan oleh iklim seperti banjir, longsor, dan badai. “Bencana sering kali terkait dengan perubahan cuaca yang ekstrem dan berlangsung lama. Misalnya di Desa Taman Ayu, banjir rob menjadi ancaman utama yang harus diprioritaskan,” kata Eva.
Sesi diskusi dilanjutkan dengan pembagian kelompok untuk melakukan kajian risiko iklim. Peserta diminta mengidentifikasi ancaman bencana yang dihadapi desa dan mencari solusi melalui peningkatan kapasitas adaptasi. Salah satu contohnya adalah upaya untuk mengurangi dampak banjir rob yang terjadi setahun sekali dengan cara meningkatkan ketangguhan masyarakat melalui berbagai strategi mitigasi dan adaptasi.
Dalam kesempatan ini Dr. H. Moh. Taqiuddin selaku Direktur KONSEPSI NTB, menyoroti pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. “Bencana tidak bisa lagi dilihat sebagai takdir yang tak bisa dihindari. Kesiapsiagaan dan pencegahan adalah kunci utama untuk mengurangi dampak bencana,” ujar Dr. H. Moh. Taqiuddin. Ia juga menekankan pentingnya investasi dalam fase pra-bencana. “Menurut penelitian, setiap 1 dolar yang diinvestasikan untuk melatih masyarakat tentang kesiapsiagaan, dapat menghemat 5 dolar setelah bencana terjadi,” tambahnya. Taqi juga menyebutkan bahwa Desa Taman Ayu memiliki kerentanan yang relatif tinggi, namun dengan upaya penguatan kapasitas, risiko tersebut dapat diminimalkan.
Hasil dari kajian partisipatif ini nantinya akan dirumuskan menjadi dokumen rencana aksi masyarakat yang dapat dijadikan panduan oleh pemerintah desa menyusun kebijakan program dan penganggaran bekerjasama dengan Tim Siaga Bencana Desa (TSBD) dalam menghadapi bencana di masa depan.