Krisis Iklim Membuat Petani di Lombok Menangis

Krisis Iklim Membuat Petani di Lombok Menangis

KONSEPSI – Sebuah video menayangkan seorang petani menangis sejadi-jadinya setelah melihat hasil tanaman tembakau miliknya layu karena cuaca tak menentu yang terjadi akhir-akhir ini di Lombok.

“Sabar aneh, Mamiq,” ucap seseorang dalam bahasa Sasak di dalam video tersebut.

Petani itu pun terus menangis di tengah petak tanaman tembakau miliknya yang rusak diterjang hujan. Tayangan video yang diunggah akun Instagram @instalombok_ itu telah mendapat 3.393 suka dan sebanyak 297 dikomentari pada hari Senin, 10 Juli 2023.

Sebelumnya, bencana banjir melanda beberapa desa di Kecamatan Lunyuk, Kabupaten Sumbawa, NTB. Banjir terjadi pada hari Jumat, 7 Juli 2023, Pukul 02.30 Wita.

Laporan dari Pusdalops-PB BPBD Provinsi NTB menyebutkan desa di Kecamatan Lunyuk yang terdampak banjir, yaitu Desa Emang Lestari, Suka Maju, Perung, Lunyuk Ode, dan Padasuka.

Penyebabnya adalah hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi di wilayah Kecamatan Lunyuk dan sekitarnya dengan durasi yang cukup lama mengakibatkan sungai meluap.

Selain itu juga karena adanya pengerjaan saluran irigasi persawahan sehingga beberapa tanggul tertutup dan membuat air yang berasal dari gunung mengarah ke permukiman warga.

Bersyukurnya, tak ada korban jiwa dalam bencana banjir tersebut. Namun sejumlah warga yang terdampak, sempat mengungsi dan mendirikan tenda darurat ke lokasi yang lebih aman.

Dusun Kalbir di Desa Emang Lestari, ketinggian air mencapai 30 hingga 150 cm. Warga yang terdampak sekitar 370 KK.

Sementara di Dusun Emang, ketinggian air mencapai 30 sampai 100 cm. Warga yang terdampak sebanyak 250 KK.

Di Desa Suka Maju ketinggian air kurang lebih mencapai 100 cm. Warga yang terdampak sebanyak 300 KK.

Dampak lainnya yang terjadi di Desa Emang Lestari dilaporkan satu rumah hanyut terbawa arus dan pupuk milik warga petani juga mengalami kerusakan.

Padahal di semester II tahun 2023, sebagaimana yang telah diprediksikan BMKG akan ada gangguan iklim global, yaitu akan terjadinya El Nino yang berpotensi menyebabkan kekeringan di sejumlah wilayah di Indonesia. Namun, di saat yang bersamaan, hujan juga berpotensi terjadi di sejumlah wilayah Indonesia, termasuk yang melanda NTB.

BMKG Stasiun Klimatologi Nusa Tenggara Barat menyebut pada dasarian I Juli 2023 (1-10 Juli 2023) diprakirakan terdapat peluang curah hujan >20 mm/dasarian dengan probabilitas 70% sampai dengan >90% di wilayah Kabupaten Sumbawa bagian Selatan. Peluang curah hujan dengan intensitas 50-100 mm/dasarian merata di seluruh wilayah NTB dengan peluang <10%.

El Nino dan La Nina sebenarnya merupakan fenomena alam yang sudah jamak terjadi. BMKG juga sudah memperkirakan Indonesia akan mengalami puncak cuaca ekstrem kemarau panjang pada Agustus 2023.

Karena itu, dibutuhkan suatu kebijakan mitigasi yang tepat dari pemerintah, misalnya salah satunya berupa perlindungan terhadap para petani yang mengalami gagal panen akibat dampak dari iklim ekstrem.

Selain kerugian ekonomi, kebakaran hutan dan lahan serta banjir bandang, krisis iklim juga membawa dampak terhadap kesehatan yang sangat perlu untuk diwaspadai dan diantisipasi bersama dengan kebijakan yang super ekstra.

Krisis Iklim

Perubahan iklim adalah perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca. Perubahan ini terjadi secara alami, seperti melalui variasi siklus matahari.

Istilah krisis iklim kini lebih sering digunakan oleh sebagian besar aktivis lingkungan untuk menyuarakan dan menggambarkan tentang dampak perubahan iklim yang sudah sangat mengancam semua sektor peri kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya di planet bumi.

Aktivitas manusia juga telah menjadi penyebab utama terjadinya perubahan iklim. Terutama akibat pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak dan gas bumi.

Berbagai sumber menyatakan dampak-dampak yang berpotensi terjadi dari adanya fenomena perubahan iklim dan pemanasan global bagi kehidupan, yaitu:

1. Curah hujan tinggi
2. Suhu Bumi lebih panas
3. Musim kemarau yang berkepanjangan
4. Peningkatan kekeringan
5. Peningkatan volume air akibat mencairnya es di kutub
6. Peningkatan suhu lautan akibat pemanasan global
7. Terjadinya bencana alam angin puting beliung dan badai lebih parah
8. Berkurangnya sumber air
9. Kepunahan spesies
10. Kekurangan makanan
11. Peningkatan risiko kesehatan
12. Kemiskinan dan pemindahan
13. Peningkatan jumlah penyakit akibat nyamuk dan serangga
14. Peningkatan kejadian cuaca ekstrem.

Penulis: Harianto
Keterangan foto: Petani di Lombok menangisi tanaman tembakaunya yang rusak.

Bagikan Tulisan ini:

Berikan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Lihat Berita lainnya

Berlangganan Berita Kami

Jangan lewatkan Update Kegiatan-kegiatan terbaru dari Kami

Having Computer issues?

Get Free Diagnostic and Estimate From Computer Specialist!