Kini, fenomena perubahan iklim tengah menjadi perhatian masyarakat di dunia. Perubahan iklim telah memberikan dampak negatif secara nyata bagi kehidupan manusia. Terjadinya perubahan pola hujan akibat pergeseran musim saat ini, akan membahayakan ketahanan pangan nasional suatu negara. Dampak perubahan iklim yang sudah terlihat adalah sektor ketahanan pangan, sebab perubahan iklim mempengaruhi kegiatan para petani dan nelayan (P. Raja Siregar, 2010). Perubahan pola hujan sebagai salah satu dampak dari perubahan iklim telah membuat petani kesulitan untuk menentukan masa tanam dan masa panen. Demikian halnya para nelayan di wilayah pesisir juga kesulitan untuk mencari ikan di laut akibat perubahan musim yang tidak menentu.
Dalam sistem kehidupan manusia terdapat tujuh aspek yang peka terhadap perubahan iklim (IPCC, 2001) yaitu : a. Tata air dan sumberdaya air, b. Pertanian dalam arti luas dan ketahanan pangan, c. Ekosistem darat dan air tawar, d. Wilayah pesisir dan lautan, e. Kesehatan manusia, f. Pemukiman, energi dan industri, g. Pelayanan keuangan. (Halil, ACIAR). Oleh karena itu, adanya upaya peningkatan kemampuan masyarakat maupun pemerintah untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim menjadi suatu keniscayaan.
Provinsi Nusa Tenggara Barat yang terdiri dari pulau besar yaitu Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa serta puluhan pulau-pulau kecil, tergolong sebagai daerah yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Kondisi tersebut sering terjadi terutama di wilayah bagian selatan dan wilayah utara Pulau Lombok yang dikelilingi oleh pesisir pantai dan beriklim kering. Sumber mata pencaharian penduduknya sebagian besar bekerja di sektor pertanian dengan pola tanaman padi/jagung dan tanaman pangan lainnya pada musim hujan dan bero di musim kemarau/kering. Sedangkan bagi penduduk yang berdomisili di sekitar pinggir pantai, pada umumnya bekerja sebagai nelayan kecil dan petani garam (sebagain besar sebagai buruh tani) di musim kemarau. Namun, ada pula yang melakukan kegiatan penangkapan bibit lobster yang banyak berkembang biak di lokasi-lokasi tertentu di sekitar pantai selatan pulau Lombok. Perubahan iklim membawa dampak serius terhadap mata pencaharian penduduk di wilayah ini. Selain dampak yang sangat besar terhadap sumber penghidupan, perubahan iklim berdampak pula pada aspek lain dari kehidupan masyarakat yaitu ketersediaan air bersih dan sanitasi, sehingga berakibat pula terhadap rendahnya kualitas kesehatan masyarakat di wilayah tersebut. Sehingga dilihat dari perspektif ekonomi dan kesehatan, perubahan iklim ikut serta berkontribusi dalam mendorong semakin tingginya angka kemiskinan di kawasan ini.
Berdasarkan kondisi tersebut, Konsorsium untuk Studi dan Pengembangan Partisipasi (KONSEPSI NTB) dengan dukungan Islamic Relief sejak Februari 2019 sampai Juli 2020 melaksanakan Program Dukungan Kepada Masyarakat Miskin Laki-Laki dan Perempuan untuk Mendapatkan Hak-Haknya Terkait dengan Informasi Perubahan Iklim di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Program ini bertujuan untuk membangun ketangguhan masyarakat terhadap perubahan iklim, sehingga masyarakat dapat melakukan pola adaptasi yang tepat dan cermat terhadap perubahan iklim. Sasaran implementasi program ini meliputi berbagai pihak (stakeholders) yaitu pengambil kebijakan (pemerintah) baik di tingkat provinsi maupun kabupaten, masyarakat sipil /NGO dan akademisi, serta kelompok masyarakat dalam hal ini petani tadah hujan di Desa Pandan Wangi, petambak garam di Desa Pemongkong dan pembudidaya lobster di Desa Pare Mas Kecamatan Jerowaru Lombok Timur.
Pada level pemerintah, program ini bertujuan untuk membangun kesadaran pimpinan daerah baik eksekutif maupun legislatif khususnya organisasi perangkat daerah terkait tentang bahaya perubahan iklim dan dampaknya terhadap berbagai sektor kehidupan masyarakat. Sehingga terbangun komitmen untuk membuat kebijakan atau aturan yang dapat menjadi pedoman bagi pemerintah daerah dan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan program adaptasi perubahan iklim di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Adapun tujuan kegiatan pada level masyarakat sipil/NGO dan akademisi adalah terbangun kesadaran dan komitmen untuk mengawal dan mengawasi implementasi adaptasi perubahan iklim di Provinsi NTB, meliputi kebijakan, anggaran, dan pelaksanaannya. Sedangkan tujuan kegiatan di tingkat masyarakat petani dan nelayan adalah membangun kesadaran dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat tani/nelayan dalam melakukan adaptasi perubahan iklim dalam upaya mempertahankan kesinambungan sumber-sumber penghidupan mereka.
Kegiatan-kegiatan program yang dilakukan sebagai strategi dalam mencapai tujuan tersebut meliputi seminar, workshop dan serial meeting, survey dan training di tingkat pemerintah (OPD), masyarakat sipil/NGO dan akademisi. Sedangkan di tingkat masyarakat petani/nelayan sasaran program, kegiatan-kegiatan program yang diimplementasikan meliputi baseline survey, analisa kerentanan dengan menggunakan tools PCVA, pendampingan, pelatihan sekolah lapang iklim dan pelatihan penyusunan program dan penganggaran desa berbasis gender dan adaptasi perubahan iklim, dukungan demplot pertanian tadah hujan, dukungan demplot rumah prisma garam dan demplot pemeliharaan lobster (keramba) serta pembuatan pakan/pellet lobster serta kegiatan-kegiatan lainnya yang bertujuan untuk mendukung pencapaian tujuan program.
Dari berbagai kegiatan program yang sudah dilaksanakan baik di level pemerintah maupun pada masyarakat telah menghasilkan beberapa hal antara lain terbentuknya Pokja Perubahan Adaptasi Perubahan Iklim baik di tingkat provinsi, kabupaten maupun desa, sementara untuk level masyarakat telah terbentuk HIMASPI (Himpunan Masyarakat Siaga Perubahan Iklim). Selain itu, telah tersusun juga Rencana Aksi Daerah Adaptasi Perubahan Iklim (RAD API) Provinsi NTB yang telah disahkan dengan Peraturan Gubernur No. 54 Tahun 2019 dan 12 Modul Sekolah Lapang Iklim serta telah dilaksanakan Rapat Dengar Pendapat dengan DPRD Propinsi NTB dalam rangka Sosialisasi Program Adaptasi terhadap Perubahan Iklim di Nusa Tenggara Barat.
Sementara itu, dari hasil pelatihan dan pelaksanaan kegiatan Sekolah Lapang Iklim (SLI) yang telah dilakukan oleh program ini, kelompok masyarakat telah paham dan terampil melakukan pengukuran curah hujan serta menentukan pola tanam yang tepat pola tanam yang tepat sesuai dengan hasil kondisi iklim setempat melalui pengukuran curah hujan secara mandiri. Sementara dari sisi kelembagaan di tingkat masyarakat, HIMASPI telah memiliki rencana kerja dan bisnis plan. Petambak garam telah merasakan manfaat dari inovasi rumah prisma garam baik dari sisi kuantitas maupun kualitas produknya. Pembudidaya lobster dapat mengatasi penyakit putih susu pada kulit lobster melalui pemberian pakan pelet yang dihasilkan melalui pelatihan pembuatan pakan pelet yang telah diberikan melalui program ini.
Sejauh ini, Project Climate Change Adaptation yang dilaksanakan oleh KONSEPSI NTB dengan dukungan Islamic Relief, telah menunjukkan perkembangan hasil yang cukup signifikan dalam pencapaian tujuan project secara keseluruhan. Oleh sebab itu, untuk mendorong pengembangan yang berkelanjutan pasca pelaksanaan program, para pihak terkait perlu merumuskan exit strategi yang tepat sehingga hasil-hasil program serta pembelajaran baik yang telah dicapai selama ini dapat terlembagakan dan dikembangkan kedepannya.
Written by Zulfikri
Edit by Hendra