Penghasilan ekonomi rumah tangga di pedesaan menjadi jauh berkurang sehingga mereka hanya mampu mengkonsumsi daging/susu/ayam kurang dari dua kali seminggu.
TEMUAN itu adalah salah satu hasil Kaji Cepat (Rapid Assessment) yang dilakukan KONSEPSI NTB mengenai dampak pandemi Covid-19 terhadap penghidupan sosial ekonomi masyarakat pedesaan. Survey Kaji Cepat mengambil sampel responden sebanyak 400 orang yang tersebar di empat desa dampingan Program Desa Tangguh KONSEPSI yang didanai oleh Caritas German. Desa itu adalah Aik Berik Kabupaten Lombok Tengah, Desa Obel-Obel Kabupaten Lombok Timur, Desa Akar-Akar Kabupaten Lombok Utara, dan Desa Gelangsar Kabupaten Lombok Barat.
Survey yang melibatkan anggota Tim Siaga Bencana Desa sebagai enumerator itu berlangsung mulai tanggal 3-8 Mei juga bagian dari salah satu bentuk kegiatan respon KONSEPSI ditengah Pandemi Covid-19. “Tujuan lain dari survey kaji cepat ini, untuk melihat kesiapan data penerima bantuan sosial yang tengah digelontorkan pemerintah baik itu bersumber dari dana APBN maupun APBD,”tegas Hairul Anwar, Manager Program Desa Tangguh KONSEPSI. Lebih jauh, Hairul menerangkan kaji cepat dampak sosial ekonomi memuat pertanyaan berbasis 14 indikator kemiskinan BPS, kemudian pertanyaan jenis bantuan sosial dan karateristik rumah tangga.
Hasil kaji cepat menunjukkan sebanyak 17,9 persen masyarakat tergolong miskin, 66 pesen tergolong rentan miskin dan 16,2 persen tidak miskin. Jika dilihat dari kategori penerima bantuan sosial, sebanyak 74,9 persen responden terdata sebagai calon penerima bantuan tunai dana desa dan 25,1 persen tidak terdata sebagai calon penerima bantuan. Namun, saat ditelaah lebih jauh karakter calon penerima ternyata terdapat 76,9 persen respon masuk kategori tidak miskin dan sebanyak 59,2 persen tergolong kategori masyarakat miskin. Ini artinya, bantuan sosial tunai yang diambil dari dana desa ternyata tidak tepat sasaran.
Bencana non alam pandemi Covid 19 juga terpotret memberikan pengaruh pada penuruan daya beli masyarakat pedesaan karena penghasilan rumah tangga yang jauh berkurang. Lebih dari 70 persen responden berpendiidikan rendah dan berkerja di sektor informal seperti buruh tani, buruh bangunan, dan petani penggaran mengungkapkan hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam kurang dari dua kali seminggu.
Merujuk hasil Kaji Cepat itu, menurut Hairul, sudah seharusnya pemerintah baik tingkat kabupaten maupun desa harus lebih hati-hati memilah data penerima bantuan sosial agar tidak salah sasaran. Apalagi saat ini cukup banyak ragam bantuan sosial yang digelontorkan pemerintah, jangan sampai terjadi penerima bantuan ganda atau bahkan masyarakat yang benar-benar membutuhkan malah tidak terdata sebagai penerima bantuan.**
Written by: Hairul Anwar