Sofianti terlihat cekatan memotong puluhan biji bawang merah. Tidak lama, tangannya berpindah memotong daging ikan tongkol menjadi pecahan-pecahan kecil. Teman di sebelahnya, Rani, bertugas menyiapkan alat penggorengan dan spinner untuk mengeringkan minyak abon. Dua orang perempuan muda itu bersama 15 orang perempuan lain asal Desa Obel-Obel, Kecamatan Sambelia, Lombok Timur, antusias mengikuti pelatihan pembuatan abon ikan sebagai makanan olahan dari hasil perikanan selama dua hari, pada 24-25 Agustus 2020 lalu. Di hari kedua, mereka berlatih bagaimana mengemas produk olahan dengan label yang menarik.
“Ini adalah pertama kali kami mengikuti pelatihan menggunakan dukungan peralatan yang memadai. Selama ini kami hanya praktek dengan manual. Itupun kami tidak mengerti bagaimana harus mengemas dan memberi label,”kata Sofianti.
Pelatihan itu diinisiasi Konsorsium untuk Studi dan Pengembangan Partisipasi (KONSEPSI) atas dukungan Caritas Germany melalui Program Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas Untuk Mewujudkan Mata Pencaharian Berkelanjutan, untuk membantu para perempuan keluarga nelayan memperoleh nilai tambah ekonomi melalui keterampilan mengolah hasil perikanan.
Hasil kaji cepat KONSEPSI pasca bencana Gempa di Lombok tahun 2018 lalu memperlihatkan Desa Obel-Obel, satu desa pesisir di utara Kabupaten Lombok Timur menjadi salah satu daerah terdampak gempa bumi yang cukup parah. Upaya pemulihan ekonomi khususnya untuk rumah tangga nelayan memakan waktu cukup lama karena aktivitas melaut berhenti sementara akibat peralatan yang rusak. Kalaupun ada alternatif penghidupan, mereka terpaksa berladang ataupun menjadi pekerja harian.
Padahal saat keadaan normal, hasil tangkapan utama para nelayan berupa ikan tongkol cukup berlimpah. Selama dua hari melaut, setiap nelayan mampu menangkap ikan tongkol sebanyak 35 kilogram. Umumnya mereka menjual langsung dalam bentuk ikan segar ke pengepul. Kalaupun ada pengolahan, nelayan biasanya melakukan pengeringan ikan segar menjadi ikan kering memanfaatkan sinar matahari langsung. “Kadang kalau tangkapan ikan tongkol melimpah, harganya sangat tidak masuk akal. Akibatnya para nelayan menjadi tidak puas. lkan tongkol itu tidak terjual sampai membusuk menjadi limbah. Belum lagi kalau cuaca buruk datang, para nelayan bisa tidak melaut selama berhari-hari” ujar Sofiyanti.
Menurut Hairul Anwar, Manager Program Desa Tangguh KONSEPSI, intervensi pengembangan alternatif penghidupan ekonomi di Desa Obel-Obel merujuk pada hasil kajian cepat KONSEPSI di awal program. “Pelatihan membuat produk olahan ikan ini kami anggap sebagai percontohan ekonomi berkelanjutan yang tahan bencana,” jelasnya.
Diharapkan kedepan, lanjut Hairul, keterampilan kelompok perempuan nelayan bisa berkembang untuk mengolah produk-produk perikanan yang lain. Misalnya, untuk menarik minat pasar, bisa membuat keripik ikan, sambal ikan, dan lain-lain. “Tahap awal mereka dikenalkan juga bagaimana membangun kelembagaan usaha kelompok, membangun jaringan pemasaran, dan jaringan pendanaan ke pihak lembaga desa” jelasnya.
Pada kesempatan terpisah, Abdul Rahman, Pejabat Kepala Desa Obel-Obel, menaruh harapan agar kelompok usaha perempuan nelayan tersebut menjadi pemantik munculnya kelompok – kelompok usaha lain yang fokus mengolah hasil perikanan di Desa Obel-Obel. “Kami tentu mendukung dan akan membantu menyambungkan kelembagaan usaha itu dengan lembaga Badan Usaha Milik Desa untuk kerjasama pendanaan dan pemasaran ke depan,”ujarnya
*). Sekelompok perempuan nelayan Desa Obel-Obel Lombok Timur antusias berlatih keterampilan mengolah hasil perikanan menjadi produk olahan. Diharapkan, kedepan mereka bisa fokus memanfaatkan potensi kelautan di wilayahnya yang mempunya nilai tambah untuk membantu ekonomi rumah tangga.