Seminar Efektivitas Sekolah Lapang Iklim Berbasis Gender Pada Komunitas Petani Tadah Hujan, Petambak Garam, dan Pembudidaya Lobster Di Lombok Timur

Seminar Efektivitas Sekolah Lapang Iklim Berbasis Gender Pada Komunitas Petani Tadah Hujan, Petambak Garam, dan Pembudidaya Lobster Di Lombok Timur

Guna mendukung strategi dan upaya adaptasi terhadap dampak perubahan iklim yang lebih luas dan berdasarkan pengalaman implementasi Sekolah Lapang Iklim di tiga desa di Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur, maka praktek-praktek cerdas dan inovatif dalam menghadapi perubahan iklim perlu dikembangkan dan diperkuat  implementasinya.  Hal ini perlu dilakukan sehingga dapat menjadi pengetahuan baik dan implementatif di tingkat masyarakat terutama untuk mengamankan dan memperkuat ketahanan masyarakat dalam menghadapi dampak perubahan iklim dengan melibatkan kelompok perempuan maupun laki – laki didalamnya. Penguatan pada sistem adaptasi ini menjadi sangat penting dan berguna, antara lain  dengan memastikan SLI dapat menjadi salah satu solusi, terutama bagi masyarakat rentan terhadap dampak perubahan iklim khususnya di Kabupaten Lombok Timur.

Menindaklanjuti hal tersebut, Konsorsium untuk Studi dan Pengembangan Partisipasi (KONSEPSI) NTB bersama Islamic Relief melalui  Program Dukungan kepada masyarakat miskin laki-laki dan perempuan untuk mendapatkan hak-haknya terkait dengan informasi iklim melaksanakan kegiatan “Seminar Efektifitas Sekolah Lapang Iklim Berbasis Gender” yang merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan SLI pada bulan Desember 2019. Seminar ini merupakan suatu bentuk penguatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi dampak perubahan iklim yang sangat berpengaruh pada semua sektor penghidupan. Oleh karena itu semua pemangku kepentingan harus berpikir  untuk mendorong dan meningkatkan ketangguhan  masyarakat  dalam menghadapi dampak Perubahan iklim.

Kegiatan ini dilaksanakan dengan pertemuan langsung dan melalui video telekonferensi via Zoom serta terbuka untuk umum, dengan dihadiri oleh Country Director Islamic Relief, Ketua DPRD Provinsi NTB, KONSEPSI NTB, PIAREA, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), BAPPENAS, LSM, BMKG, OPD Provinsi dan Kabupaten, serta perwakilan tiga komunitas HIMASPI Lombok Timur.

Dalam sambutannya, Direktur KONSEPSI NTB, Dr. Moh Taqiuddin, menyampaikan bahwa melalui kegiatan ini diharapkan  dapat diperoleh perspektif dan diseminasi hasil pada tataran praktis di lapangan, karena kerangka besar program ini adalah berbasis hak dan intinya adalah para Komunitas laki-laki dan perempuan memiliki hak untuk mendapatkan akses informasi, sehingga dapat  diketetahui apakah kegiatan ini benar-benar bermanfaat bagi Masyarakat atau masih membutuhkan pelajaran dan pengembangan terkait adaptasi perubahan iklim.

Sementara  Country Director Islmic Relief , Nanang Dirja, mengatakan bahwa Islamic Relief dengan KONSEPSI NTB akan mendukung Pemerintah Provinsi dan Kabupaten di NTB dalam segala hal yang berkaitan dengan adaptasi perubahan iklim. Karena kegiatan SLI ini sudah menghasilkan beberapa hal positif, diantaranya tentang Peran gender pada tiga komunitas yang mulai terlihat dalam upaya membentuk ketangguhan bagi masyarakat untuk tetap mendapatkan hak-haknya dalam memperoleh informasi iklim yang diimplementasikan dalam kehidupan masyarakat.

Asisten II Setda NTB, Ridwan Syah, menjelaskan jika ada beberapa hal penting dalam seminar ini, yaitu bagaimana cara mengakses informasi perubahan iklim dengan cepat, dan mampu melakukan adaptasi perubahan iklim. Apresiasi dan penghargaan  diberikan kepada KONSEPSI NTB dan Islamic Relief, karena bagi Pemerintah Provinsi NTB yang terpenting adalah kesejahteraan masyarakat, karena Petani, dan Nelayan merupakan ujung tombak perekonomian. Untuk itu maka semua pihak diharapkan mampu mencermati perubahan iklim ini. SLI ini merupakan inovasi bagi masyarakat yang bekerja sebagai Petani dan Nelayan, khususnya di Provinsi NTB.

Perubahan iklim merupakan fenomena iklim global yang dipicu dengan adanya pemanasan global akibat kenaikan konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer. Menurut Ryco (PIAREA), Perubahan komposisi atmosfer ini mempengaruhi neraca energi yang ada di atmosfer sehingga meningkatkan frekuensi iklim ekstrim. Frekuensi iklim ekstrim diindikasi dengan meningkatnya potensi dampak kejadian bencana terkait iklim (contohnya : banjir, kekeringan, puting beliung dan tanah longsor, dsb). Dampak yang dirasakan di tingkat masyarakat antara lain meningkatnya potensi ancaman gagal panen dan gagal tanam yang berimplikasi terhadap pendapatan masyarakat. Selanjutnya kenaikan suhu udara dan perubahan curah hujan juga menimbulkan dampak lain seperti kondisi defisit sumberdaya air, peningkatan serangan penyakit (DBD dan Malaria), serta kondisi imunitas yang menurun akibat suhu udara ekstrim.

Hasil dari seminar ini diharapkan mampu menarik respon dan peran aktif para pihak dalam upaya untuk mengurangi dampak perubahan iklim yang muncul di masa depan. Kegiatan-kegiatan pengamatan dan pengumpulan informasi iklim sangat diperlukan mengingat ketersediaan informasi iklim yang masih terbatas. Kerjasama antara Pemerintah Pusat dan daerah serta partisipasi publik terutama komunitasi petani dan nelayan dalam program-program adaptasi juga dianjurkan dan sangat diperlukan. Masyarakat perlu dilibatkan pada saat penyusunan program-program adaptasi sehingga penyusunan rencana adaptasi perubahan iklim menjadi tepat guna dan sesuai kebutuhan di lapangan.

Written by Jati Resik DJ

Bagikan Tulisan ini:

Berikan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Lihat Berita lainnya

Berlangganan Berita Kami

Jangan lewatkan Update Kegiatan-kegiatan terbaru dari Kami

Having Computer issues?

Get Free Diagnostic and Estimate From Computer Specialist!