Ernawati, sosok perempuan tangguh dengan keterbatasan yang dimiliki. Sang bunda saat mengandung dan melahirkan, tidak pernah terpikirkan bahwa bayi perempuannya mengalami kekurangan secara fisik (tuna netra), bahkan semasa mengandung sang bunda sangat terbatas mendapatkan edukasi tentang 26 tanda bahaya kehamilan dan persalinan berisiko tinggi atau 26 Daya Kelin. Nampaknya Tuhan berkehendak lain, saat sang bayi lahir dan hadir di tengah-tengah keluarga barulah keluarga sadar dan tahu kalau bayi mungil yang diberi nama Ernawati ini memiliki keterbatasan penglihatan alias Tuna Netra. Takdir sebagai penyandang disabilitas tidak mengurangi semangat Ernawati saat tumbuh menjadi seorang perempuan dewasa dalam menjalani kehiduapnnya sehari–hari. Menikah dengan Takdirawan, yang sama–sama penyandang disabilitas tuna netra menjadikan mereka tampak menikmati dan mensyukuri hidup mereka apa adanya.
Ernawati, kemudian menjadi salah satu peserta dalam kegiatan Pemicuan/Sensitisasi Promosi STBM yang dilaksanakan oleh Program WINNER, kerjasama KONSEPSI dengan Yayasan Plan Internasional Indonesia (YPII) di Dusun Bare Banteng Desa Batu Jangkih Kecamatan Praya Barat Daya Kabupaten Lombok Tengah. Setelah paham dan sadar tentang pentingnya STBM, Kini, Ernawati telah memiliki MCK/jamban. Kegiatan sehari – hari dari pasangan penyandang disabilitas ini adalah berprofesi tukang pijit. Keterbatasan yang mereka miliki kemudian menjadikan mereka lebih semangat dan terpicu untuk memiliki MCK sendiri setelah sebelumnya mereka BAB (Buang Air Besar) ke sawah di sebelah rumah mereka. “Saya mau membuatkan orang tua saya WC“ jelas Ernawati pendek melalui Sri Astuti, Ketua Kader Posyandu Desa Batu Jangkih.
Menurut Sri Astuti, pasangan ini selalu ramah dan baik kepada semua orang yang berkunjung. “sehari – hari mereka menjadi tukang pijit, dari hasil profesi tersebut, mereka membantu ekonomi orang tuanya termasuk membangun MCK untuk mereka” jelas ibu Sri Astuti.
Sementara H Sentum, Kepala Desa Batu Jangkih membenarkan jika salah satu warganya dikenal sebagai tukang pijit yang ramah kepada siapa saja yang berkunjung kerumahnya. “dia banyak membantu ekonomi orang tuanya dari hasil sebagai tukang pijit “jelas Kades membenarkan.
Keterbatasan secara fisik tidak menjadi penghambat bagi pasangan Takdirawan dan Ernawati untuk bermanfaat kepada orang tua dan masyarakat. Kini, mereka berencana merantau ke Pulau Jawa dengan harapan bisa membantu orang tuanya yang sudah sepuh, karena iming-imingnya di Pulau Jawa mereka berharap memperoleh pendapatan yang lebih layak dari profesi tukang pijit sehingga bias berbuat lebih kepada keluarganya.
Written by: H. Zulkipli
Editor: Abidin Tuarita