Sebanyak 20 orang Staf Program terlihat bersemangat mengikuti Pelatihan Mengenai Teknik dan Metode Partisipatif yang difasilitasi oleh KONSEPSI NTB atas dukungan Caritas Germany. Pelatihan ini dilaksanakan pada Kamis, 25 Februari 2021 bertempat di Hotel Aruna Senggigi, Kabupaten Lombok Barat.
Melalui pelatihan ini, para Staf Program diharapkan dapat meningkatkan kapasitas dan keterampilan diri mereka dalam melakukan teknik-teknik fasilitasi secara partisipatif dengan menggunakan metode Partisipatory Rural Appraisal (PRA) dan sejenisnya. Penguasaan metode ini penting bagi Staf Program terutama saat mereka melakukan pendampingan dan pemberdayaan masyarakat di lokasi intervensi program.
“Kegiatan ini penting bagi pengembangan sumber daya manusia KONSEPSI agar mampu mengaplikasikan pendekatan partisipasi mencakup kolaborasi, pengambilan keputusan bersama, dan berbagi pengalaman saat berada di lokasi program”, ucap Hairul Anwar, Project Manager (PM) Desa Tangguh KONSEPSI.
Dalam pelaksanaannya, kegiatan pelatihan ini diampu langsung oleh Tim Fasilitator dari KONSEPSI yang memiliki kompetensi dan pengalaman dalam kerja pendampingan dan fasilitasi pemberdayaan. Proses fasilitasi ini sendiri dilakukan melalui pendekatan pembelajaran orang dewasa (andragogy) secara partisipatif dengan metode antara lain: pemaparan, diskusi & curah pendapat, refleksi pengalaman peserta, dan simulasi atau role play.
Dr. Moh. Taqiuddin, selaku Fasilitator yang mengampu pelatihan ini menekankan bahwa pendampingan masyarakat harus dimaknai untuk hidup bersama dengan masyarakat itu sendiri agar dapat memahami kehidupan mereka.
“Proses pendampingan masyarakat itu tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat atau hanya terbatas dalam forum saja, tetapi membutuhkan waktu panjang agar kita mengetahui secara mendalam tentang kehidupan mereka”, ujarnya.
Dr. Moh. Taqiuddin yang juga menjabat sebagai Direktur KONSEPSI ini juga menyampaikan betapa pentingnya peran Staf Program ketika melakukan penggalian data secara mendalam melalui teknik fasilitasi. “PRA itu hanya sebagai alat, tetapi penggalian data secara mendalam sangat ditentukan oleh fasilitator itu sendiri”, tegasnya.
Sementara itu, Abidin Tuarita yang juga hadir sebagai Fasilitator dalam pelatihan ini memberikan pandangan tentang sikap yang harus diperhatikan saat melakukan pendampingan kepada masyarakat. “Kehadiran kita sebagai fasilitator bukan untuk menggurui masyarakat, namun seorang fasilitator harus pandai berbaur dan terbuka atas perbedaan pendapat mereka”, ujarnya.
Written by : Hendra P. Saputra