Lombok Barat, 7-8 Desember 2024 – Dalam upaya meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap ancaman bencana banjir, KONSEPSI NTB bekerja sama dengan OXFAM di Indonesia dan ANCP, serta didukung oleh DFAT, mengadakan Workshop Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) Sistem Peringatan Dini dan Rencana Evakuasi Bencana Banjir di Level Desa.
Kegiatan ini berlangsung selama dua hari di Desa Taman Ayu, Kecamatan Gerung, dan Desa Dasan Geria, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat. Melibatkan berbagai pemangku kepentingan di desa, workshop ini menghadirkan partisipasi dari masyarakat, pemerintah desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Tim Siaga Bencana Desa (TSBD), serta perwakilan kelompok rentan, seperti perempuan, penyandang disabilitas, kelompok petani, pelaku UMKM, kelompok nelayan, dan tokoh masyarakat, agama, serta adat.
Project Manajer, Rizwan Rizkiandi membuka kegiatan berkata, Sistem Peringatan Dini dalam Rangka Pengurangan Risiko Bencana adalah hal yang sangat penting, karena kita semua bisa saja menghadapi ancaman bencana yang tidak terduga.Kami berharap, melalui pertemuan ini, Bapak/Ibu bisa lebih memahami bagaimana sistem peringatan dini berfungsi, serta bagaimana kita dapat mempersiapkan diri menghadapi potensi bencana. Akan ada sesi diskusi mengenai penyusunan dokumen sistem peringatan dini yang diharapkan dapat menjadi panduan kita semua dalam menghadapi Bencana,langkah-langkah yang dapat diambil dalam rangka pengurangan risiko bencana, serta pentingnya keterlibatan semua pihak, baik masyarakat maupun pemdes.
Fasilitator, Haerul Basri menyampaikan “Perubahan paradigma penanggulangan bencana beralih dari pendekatan reaktif (menghadapi bencana setelah terjadi) menjadi pendekatan proaktif dan preventif (sebelum terjadi). Ini melibatkan upaya pengurangan risiko bencana melalui perencanaan dan persiapan yang matang, seperti mitigasi, edukasi, dan penggunaan teknologi untuk memprediksi serta mengurangi dampak bencana. Selain itu, pendekatan ini juga menekankan pada pemberdayaan masyarakat, kolaborasi antar lembaga, dan pemanfaatan informasi terkini melalui media sosial untuk respons yang lebih cepat dan efektif. Sistem peringatan dini (early warning system) adalah suatu sistem yang dirancang untuk memberikan informasi atau peringatan kepada masyarakat sebelum terjadinya bencana, sehingga dapat meminimalkan risiko dan dampak bencana.”
Mewujudkan Sistem Peringatan Dini yang Inklusif dan Berbasis Masyarakat
Banjir merupakan salah satu bencana hidrometeorologis yang sering terjadi di berbagai wilayah, termasuk di Lombok Barat. Oleh karena itu, diperlukan sistem peringatan dini dan rencana evakuasi yang inklusif, agar seluruh elemen masyarakat dapat bersiap menghadapi potensi ancaman dengan langkah-langkah yang efektif dan terkoordinasi.
Dalam workshop ini, peserta diberikan pemahaman mengenai:
✅ Prinsip dasar sistem peringatan dini yang efektif dan berbasis masyarakat.
✅ Strategi penyusunan SOP yang inklusif, agar semua kelompok, termasuk kelompok rentan, dapat mengakses informasi dan prosedur evakuasi secara adil.
✅ Identifikasi jalur evakuasi dan titik kumpul aman di masing-masing desa.
✅ Pentingnya koordinasi antar-pemangku kepentingan dalam pelaksanaan rencana evakuasi bencana.
Selain diskusi dan presentasi materi, peserta juga terlibat dalam sesi praktik dan simulasi untuk memahami secara langsung mekanisme peringatan dini dan prosedur evakuasi yang harus diterapkan saat terjadi bencana.
Penyusunan SOP: Panduan Penting bagi Masyarakat Desa
Salah satu hasil utama dari workshop ini adalah penyusunan dokumen SOP Sistem Peringatan Dini Inklusif dan SOP Rencana Evakuasi Bencana Banjir. Dokumen ini nantinya akan menjadi panduan resmi bagi masyarakat dan pemerintah desa dalam mengelola sistem peringatan dini dan evakuasi bencana di tingkat desa.
Dengan adanya SOP ini, diharapkan desa-desa di Lombok Barat dapat memiliki mekanisme peringatan dini yang lebih terstruktur, responsif, dan mudah diakses oleh seluruh warga, termasuk kelompok rentan. SOP ini juga menjadi bagian dari strategi desa untuk meningkatkan ketangguhan terhadap bencana dan meminimalisir risiko yang ditimbulkan akibat banjir.
Harapan dan Langkah Selanjutnya
Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian program I CAN-ACT Fase II, yang berfokus pada peningkatan kapasitas masyarakat dalam aksi antisipatif terhadap bencana. Setelah workshop ini, langkah selanjutnya adalah:
🔹 Sosialisasi SOP kepada seluruh warga desa, agar setiap individu memahami perannya dalam sistem peringatan dini dan evakuasi.
🔹 Uji coba implementasi SOP melalui simulasi kebencanaan, guna memastikan efektivitas prosedur yang telah disusun.
🔹 Evaluasi dan penyempurnaan SOP secara berkala, menyesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan desa.
🔹 Penguatan koordinasi dengan pemerintah daerah dan lembaga terkait, untuk mendukung keberlanjutan sistem peringatan dini dan mitigasi bencana.
Melalui upaya ini, desa-desa di Lombok Barat diharapkan dapat menjadi Desa Tangguh Bencana, yang tidak hanya memiliki kesiapsiagaan yang lebih baik dalam menghadapi banjir, tetapi juga mampu membangun budaya mitigasi yang kuat dalam kehidupan sehari-hari.
✨ “Kesiapsiagaan bukan hanya tentang respons saat bencana terjadi, tetapi juga tentang membangun sistem yang dapat menyelamatkan nyawa sebelum bencana datang.” ✨