Pada tahun 2030 nanti Indonesia akan memasuki era bonus demografi. Saat itu, jumlah kelompok usia produktif (umur 15-64 tahun) lebih banyak dibandingkan usia non-produktif (anak-anak usia 14 tahun ke bawah dan orang tua usia 65 tahun ke atas). “Bonus demografi” tersebut bisa menjadi potensi besar bagi kemajuan perekonomian dan ketahanan bangsa karena keberadaan kelompok usia produktif sebagai penopang utamanya. Hanya saja, harapan potensi tersebut harus diikuti dengan mempersiapkan calon generasi masa depan yang produktif sejak saat ini terutama pada aspek ketahanan pangan dan gizi. Faktanya, bangsa Indonesia justru masih bergulat melawan masalah kekerdilan atau lebih dikenal dengan istilah stunting pada balita. Stunting telah menjadi topik hangat di era millennial ini sebagai sebuah persoalan gizi serius untuk segera ditangani.
Kementerian Kesehatan (2019) mencatat prevalensi Balita stunting Indonesia saat ini mencapai 27,7 persen. Meski menurun dari prevalensi tahun 2018 (hasil RISKESDAS) sekitar 30,8 persen namun angka tersebut masih tergolong cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan menengah lainnya. Kalkulasinya, masih ada sekitar 7 juta Balita masih mengalami stunting. Di NTB sendiri, prevalensi balita stunting menurut catatan data Elektronik Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-ppgbm) tahun 2019 sekitar 25,5 persen dari sekitar 70 persen data masuk.
Kalangan anak muda atau lebih dikenal dengan istilah generasi millennial menjadi salah satu kelompok sosial strategis untuk dilibatkan dalam kampanye pencegahan stunting melalui penumbuhan kesadaran dan peningkatan kapasitas agar kalangan ini “melek gizi”.
Pengentasan masalah stunting inipun menjadi focus dalam menyiapkan generasi penerus bangsa, maka dari itu KONSEPSI (Konsorsium Untuk Studi dan Pengembangan Partisipasi) NTB di dukung oleh SNV Netherland berkerja sama dengan The Local Enablers mengadakan lomba riset dan sosial media campaign yang diberi nama MISSION (Millenials Scientist for Nutritions) dengan tema “Food and Nutrition secutity”. Tujuan dan Maksud dari pelaksanaan lomba MISSION adalah untuk menyediakan ‘ruang pembelajaran’ bagi generasi millennials di seluruh Indonesia dalam kerangka percepatan pencegahan stunting.
Lomba ini juga memberikan stimulus untuk beradu ide dan gagasan untuk membantu pemerintah dalam pengentasan stunting di Indonesia. Kaum millennials juga dapat mengasah pengetahuan dan kemampuan dalam menyusun sebuah riset gizi dan pangan, di samping itu juga diharapkan hasil reset yan di buat dapat menjadi bukti dalam pengentasan dan penanggulangan stunting di Indonesia pada umumnya dan NTB pada khususnya.
Kegiatan pada MISSION ini terbagi dalam beberapa rangkaian dimulai dari (1) Webinar umum sebagai salah satu cara mensosialisasikan lomba dan juga peningkatan pengetahuan terhadap cara pengentasan stunting serta memberitahukan cara melakukan riset. (2) Call for Ideas; adalah tahap Screening untuk mencari kandidat tim yang akan mengikuti Sesi Bootcamp. Setiap tim akan mengirimkan idenya dengan format yang telah ditentukan dan dikumpulkan oleh panitia. (3) Sesi Bootcamp; bertujuan untuk memberikan pembekalan bagi peserta dengan ide terpilih untuk melakukan riset dan bagaimana cara nya membuat riset tersebut dapat didiseminasi dengan menggunakan metode digital campaign sehingga dapat mencapai audiens yang lebih luas. (4) Research Competition and Social Media Campaign; peserta akan melakukan riset dan diseminasi hasil riset nya melalui digital campaign. (5) Pitching dan Awarding; pada kegiatan ini peserta akan melakukan presentasi hasil riset mereka, bagaimana mereka melakukan campaign dan tingkat keberhasilan dari campaign yang mereka lakukan. Semua rangkaian kegiatan ini dilaksankan virtual melalui media social (instagram, facebook, dan twiter) serta pada tahapan bootcamp dan pitching awarding menggunakan platform zoom.
Written by Nashoihul Ibad
