Lombok Timur, 10 September 2025 – Dalam upaya meningkatkan ketangguhan masyarakat terhadap risiko bencana banjir, Konsorsium untuk Studi dan Pengembangan Partisipasi (KONSEPSI) NTB bersama Yayasan Penabulu dan Oxfam, dengan dukungan dari Australia NGO Cooperation Program (ANCP) – DFAT, menyelenggarakan kegiatan Review Protokol Aksi Antisipasi Bencana (Early Warning Early Action/EWEA) di Desa Obel-obel dan Desa Belanting, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.
Tujuan Review Protokol Antisipasi Bencana Banjir
Kegiatan ini bertujuan untuk:
- Meninjau ulang trigger (pemicu) dan threshold (ambang batas) banjir yang telah ditetapkan dalam protokol.
- Memastikan aksi-aksi yang dirancang tetap relevan, dapat diimplementasikan, dan sesuai dengan kebutuhan lokal masyarakat desa.
- Meningkatkan kapasitas kesiapsiagaan masyarakat desa dalam menghadapi potensi bencana, khususnya saat musim hujan.
Pendekatan Partisipatif untuk Desa Tangguh Bencana
Melalui pendekatan partisipatif, kegiatan ini melibatkan:
- Pemerintah desa.
- Perwakilan kelompok masyarakat.
- Lembaga lokal, seperti kelompok relawan dan organisasi masyarakat sipil.
Diskusi yang terbuka dan interaktif memungkinkan berbagai pihak menyampaikan pengalaman, tantangan di lapangan, serta usulan konkret untuk perbaikan protokol. Hal ini memperkuat rasa kepemilikan (sense of ownership) masyarakat terhadap dokumen protokol bencana.
“Review protokol ini penting dilakukan secara berkala agar langkah-langkah antisipasi banjir benar-benar sesuai dengan kondisi lapangan dan menjadi acuan tindakan cepat saat terjadi ancaman bencana,” ujar salah satu fasilitator.
Meningkatkan Pemahaman Sistem Peringatan Dini (Early Warning System)
Dalam forum ini, masyarakat desa juga mendapatkan penguatan pemahaman tentang pentingnya memiliki sistem peringatan dini yang sederhana namun efektif. Melalui sesi simulasi dan diskusi kelompok, warga diajak untuk:
- Mengenali tanda-tanda awal potensi banjir.
- Mengambil tindakan cepat dan terorganisir untuk mengurangi risiko kerugian.
Kolaborasi Lintas Sektor dan Peran Kelompok Strategis Desa
Kegiatan review protokol ini juga menekankan pentingnya koordinasi lintas sektor dalam menghadapi bencana, terutama banjir. Turut hadir dalam kegiatan ini:
- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lombok Timur.
- Organisasi masyarakat lokal.
- Kelompok relawan desa.
- Perwakilan pemuda, perempuan, dan tokoh adat.
Partisipasi aktif kelompok strategis ini dinilai sangat penting dalam membangun budaya kesiapsiagaan, karena mereka memiliki pengaruh besar dalam menggerakkan masyarakat.
Komitmen Berkelanjutan untuk Penguatan Protokol Bencana Berbasis Komunitas
KONSEPSI NTB bersama mitra berkomitmen untuk terus mendampingi desa-desa dalam menyempurnakan dan mengimplementasikan protokol antisipasi bencana berbasis komunitas. Harapannya, protokol tidak hanya menjadi dokumen administratif, tetapi juga menjadi:
- Panduan praktis saat situasi darurat terjadi.
- Alat bantu keputusan bagi masyarakat dan pemerintah desa dalam merespons potensi banjir.
Menuju Desa Tangguh Bencana di Lombok Timur dan NTB
Dengan adanya kegiatan review protokol EWEA ini, Desa Obel-obel dan Belanting diharapkan dapat menjadi contoh baik (best practice) dalam pengembangan sistem antisipasi bencana berbasis masyarakat. Ke depan, praktik baik ini juga dapat:
- Direplikasi di desa-desa lain di Lombok Timur.
- Diperluas ke wilayah lain di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Langkah ini sejalan dengan visi bersama untuk membangun komunitas tangguh bencana, yang adaptif, mandiri, dan siap menghadapi tantangan iklim di masa depan.




